Faktain.com, Internasional – Kementerian Luar Negeri China kembali menegaskan bahwa Beijing akan mengambil “tindakan tegas dan kuat” untuk melindungi kepentingannya, setelah tarif total bersih sebesar 104% terhadap impor China ke AS mulai berlaku.
“Jika AS benar-benar ingin menyelesaikan masalah melalui dialog dan negosiasi, maka harus menunjukkan sikap kesetaraan, saling menghormati, dan menguntungkan kedua belah pihak,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian, dalam konferensi pers rutin.
Sejalan dengan pernyataan Kementerian Perdagangan pada Selasa, Lin menegaskan bahwa “jika AS bersikeras melanjutkan perang tarif dan perang dagang, China pasti akan melawan hingga akhir.”
Pada Jumat lalu, Kementerian Keuangan China mengumumkan tambahan tarif sebesar 34% untuk semua barang impor dari AS mulai 10 April, sebagai balasan atas kebijakan tarif baru sebesar 34% yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump terhadap China.
Tarif menyeluruh ini mengikuti dua putaran sebelumnya sebesar 10%-15%, yang menargetkan sebagian besar produk pertanian dan energi dari AS.
Menurut Dan Wang, Direktur China di Eurasia Group, kebijakan tarif Trump secara efektif akan menghapus keuntungan para eksportir China setelah bea masuk AS melewati angka 35%. “Setelah itu, eksportir China tidak akan lagi menjual ke AS,” ujarnya.
Dalam laporan resmi terpisah yang dirilis oleh Kantor Informasi Dewan Negara China pada Kamis, otoritas China menyatakan bahwa “jika AS terus meningkatkan pembatasan ekonomi dan perdagangan, China akan melawan dengan tegas hingga akhir.”
“AS menggunakan tarif sebagai senjata untuk memberikan tekanan ekstrem demi kepentingan sepihak. Ini adalah tindakan unilateralisme, proteksionisme, dan perundungan ekonomi yang khas,” demikian pernyataan Beijing dalam laporan tersebut.
Pemerintah China menambahkan bahwa kenaikan tarif ini tidak akan membantu mengatasi surplus perdagangan AS, melainkan justru akan memicu volatilitas besar di pasar keuangan, meningkatkan tekanan inflasi, dan merugikan industri dalam negeri Amerika.
Meski begitu, Beijing tetap berharap AS dapat “bertemu di tengah jalan” dan segera mencabut hambatan perdagangan unilateral, sembari menegaskan kesiapannya untuk memperkuat dialog, mengelola perbedaan, dan meningkatkan kerja sama.
China juga menuding bahwa mereka telah memenuhi ketentuan dalam perjanjian perdagangan “Fase 1” yang dibuat Trump selama masa jabatan pertamanya, sementara AS disebut melanggar beberapa mandat dalam kesepakatan tersebut. CNBC telah menghubungi Gedung Putih untuk meminta tanggapan terkait klaim ini.
Perjanjian tersebut mewajibkan China meningkatkan pembelian produk AS sebesar 200 miliar dolar dalam periode dua tahun, namun Beijing gagal memenuhi target tersebut akibat pandemi Covid-19.
Faktain.com akan terus memantau perkembangan perang dagang ini dan memberikan informasi terkini kepada pembaca.
Eksplorasi konten lain dari Faktain.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Tinggalkan Komentar